Komunikasi Massa

| Jumat, 02 Mei 2014
BAB I
Pendahuluan
A.      Latar Belakang
Buku adalah bagian dari kehidupan, manifestasi kehidupan, persis seperti sebatang pohon, atau kuda atau bintang. Buku meiliki irama dan hukumnya sendiri, baik itu berupa novel, naskah drama, atau buku harian. Irama kehidupan yang dalam dan tersembunyi selalu ada dalam bentuk denyutan, detak jantung. Dengan kata-kata yang fasih ini, pengarang Amerika Serikat Henry Miller (1891-1980) mengungkapkan hal-hal yang mungkin sudah dirasakan setiap orang secara intuituf saat mereka sedang membaca buku. Itu juga menjelaskan mengapa buku bisa memberikan dampak begitu besar kepada kita. Tanpa buku, kehidupan manusia sebagaimana kita ketahui sekarang tidak akan terbayangkan. Himpunan kata-kata tertulis yang sangat besar dan terkumpul dalam buku, yang telah mengabadikan gagasan manusia sepanjang jaman, dan yang bisa kit abaca kalau kita memiliki akses bahasanya, membentuk “system ingatan cekatan” pada peradaban manusia. Jika semua buku di seluruh dunia dihancurkan dalam semalaman, maka peradaban manusia akan berada dalam bahaya besar. Para penulis, ilmuwan, pendidik, pembuat undang-undang, dan banyak yang lainnya di seluruh dunia harus mulai lagi dari awal secara harfiah “menulis ulang” pengetahuan dalam bentuk tertulis.
Akan tetapi, pencetakan yang dilakukan manusia bukan hanya rangka “penyimpanan pengetahuan”. Sejak zaman pertengahan akhir, buku-buku fiksi banyak memberikan pencerahan dan kesenangan kepada sejumlah besar manusia di seluruh dunia. Bahkan  di dalam Galaksi Digital, karya-karya fiksi dalam sejarah terus menarik perhatian segala kalangan pembaca. Betapapun tampak konyolnya mereka, “karya-karya terlaris” kontemporer merupakan barang-barang paling populer yang dibuat di dalam pabrik pengalihan pikiran dalam budaya pop. Di dalam zaman serba bebas yang di dalamnya “apapun boleh”, buku-buku dalam bentuk cetakan terus marak, walaupun mereka semakin banyak yang ditransfer ke media digital.
Barang cetakan menjadi perhatian kita sekarang dalam perjalanan kita menjelajahi dunia media massa. Meskipun demikian, tujuannya bukanlah untuk menyingkapkan makna spesifik dari buku seperti Crime and Punishment atau suratkabar seperti the times. Yang disebutkan di atas masing-masing akan menjadi tujuan kritik sastra dan telaah jurnalisme. Jelas bahwa dalam rangka melakukan analisis semiotika pada benda-benda cetakan, di dalam seluruh pembahasan ini kita perlu mempertimbangkan setiap jenis artefak dan genre cetakan.

B.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan media cetak?
2.      Apa saja jenis-jenis media cetak dan penerbitannya?
C.      Tujuan
1.      Kita diharapkan mengetahui perkembangan media cetak
2.      Dapat mengetahui apa saja yang menjadi jenis-jenis media cetak dan penerbitannya walaupun yang saya bahas disini hanya Buku dan SuratKabar

BAB II
Pembahasan
A.      Perkembangan Media Cetak
Banyak pakar sejarah kebudayaan berpendapat, dan ini memiliki landasan yang tepat, bahwa teknologi cetakan dan literasi cetakan merupakan kondisi yang niscaya ada dalam peradaban yang maju. Akan tetapi, tidak boleh dilupakan di sini bahwa jauh  sebelum munculnya mesin cetak, kelisanan menjalani fungsi-fungsi kognitif dan sosial pada literasi , seperti kita lihat pada bagian pembukaan. Selain daripada itu, budaya yang berbasis lisan pun juga menggunakan penulisan piktograf untuk mengungkapkan dan merekam gagasan. Didapati bahwa catatan tertua yang telah ditemukan sampai sekarang sudah berumur lebih dari 30.000 tahun.
Pada dasarnya, budaya lisan kuno mengabadikan sejarah kebudayaan dan tradisi  mereka melalui komunikasi wicara dan penyampaian kisah, lagu-lagu, dan kata-kata bijak seperti  yang terjadi pada kelompok-kelompok suku zaman modern. Dengan mengisahkan kembali cerita yang didengarkan satu sama lain, manusia meneruskan semua yang mereka ketahui dan yang mereka anggap bernilai ke generasi-generasi berikutnya. Meskipun setiap kali kisah akan berubah sesuai dengan sipendongeng, “system pengetahuan” pokok budaya tersebut tetap saja bertahan, ketika gagasan, nilai, keahlian dasar diteruskan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan sekarang oleh para orang tua kepada anak-anaknya yang belum melek huruf dengan bertutur. Selain daripada itu, meskipun sekarang ini cerita-cerita anak sudah dituliskan, kisah yang sama akan berubah sesuai dengan pengarang dan kapan itu dikisahkan. Sebagai contoh, cerita Cinderella terus dikisahkan ulang dalam pelbagai versi, seperti juga kisah-kisah peri, pahlawan legendaris, dan karakter-karakter binatang mitos. Semuanya bergantung pada siapa yang mengisahkan serta dimana dan kapan itu dikisahkan.
B.      Jenis-Jenis Media Cetak Dan Penerbitannya
Buku
            karena buku adalah benda material, buku bisa disimpan di dalam “museum buku” yang dikenal sebagai perpustakaan. Perpustakaan ini berawal berawal di Timur Tengah sekitar 3000-2000 SM, kira-kira pada waktu yang sama dengan mulai semakin besarnya peranan penulisan piktografik di zaman dahulu. Salah satu perpustakaan kuno terbesar  dibangun oleh orang yunani di Alexandria pada abad ke-3. Sekitar abad ke-2 M perpustakaan umum dan pribadi dan didirikan di banyak tempat di dunia zaman dahulu. Beberapa abad kemudian, naskah-naskah matematis dan ilmiah disalin dan diabadikan di dalam pelbagai perpustakaan oleh para sarjana islam, dan mendorong bangkitnya kecendikiawanan dan akhirnya ke bangkitnya perguruan tinggi di akhir abad ke-11.
            Bersama dengan bangkitnya kemelekhurufan, maka terkait dengan muncullah kebutuhan untuk mengorganisasikan pengetahuan yang terdapat di dalam pelbagai buku. Hal ini mendorong ditemukannya “ensiklopedia”, suatu istilah yang pada awalnya terkait dengan petunjuk dalam seluruh cabang pengetahuan. Ensiklopedia tertua yang masih ada adalah sejarah alam (Natural History) (79 M) yang ditulis oleh Plinius yang tua (23-79 M). munculnya ensiklopedia bentuk modern lebih banyak karena gerakan pencerahan yang berlangsung dalam abad ke-18, yang memantapkan pandangan tentang pengetahuan sebagai informasi yang bisa disusun secara logis sesuai dengan kata kunci, nama, atau topik khusus. Akan tetapi, pengekalan pengetahuan bukan satu-satunya fungsi yang dibawa oleh buku. Selama paling sedikit lima abad, buku ini juga dibuat sebagai suatu bentuk seni sastra dan sarana pengalihan perhatian massa. Karya-karya fisik tak terhitung jumlahnya yang di kenal sebagai novel dan sampai kepada kita sejak zaman Abad Pertengahan sudah dibaca, dan akan terus dibaca, oleh jutaan manusia hanya untuk kenikmatan membacanya saja.
Penerbitan Buku
            Orang-orang Sumeria dan Mesir memperkenalkan banyak konvensi yang masih kita pakai sampai sekarang dalam membuat buku, seperti penggunaan “halaman sampul” dengan judul dan nama pengarang cetakan di halaman tersebut. Para penulis profesional, yang menyalin naskah atau menuliskannya melalui dikte, bertanggung jawab pada reproduksi buku. Orang-orang Yunani kuno dan kemudian bangsa Romawi, menjadi sadar akan potensi komunikasi massa yang di miliki buku, tetapi yang merekak buat sangat mahal sehingga hanya dimiliki oleh kuil, para penguasa, dan beberapa orang kaya saja. Sebagian besar pendidikan yang berlangsung pada saat itu, dan selama beberapa abad abad sesudahnya, dilakukan dengan pengulangan lisan dan penyimpanan dalam ingatan. Kemelekhurufan hanya menjadi milik orang kaya dan berkuasa.
            Pada awal Abad pertengahan di Eropa, buku-buku dibuat terutama oleh para penulis yang bekerja pada penulis lain atau pada pengusa. Buku ini dituliskan oleh para rahib menggunakan pena bulu angsa di dalam scriptoria (‘ruang  penulisan’ dalam bahasa latin) di biara-biara. Buku-buku itu memiliki sampul terbuat dari kayu dan dijilid menggunakan kulit dan seringkali dihiasi dengan batu permata. Buku-buku semacam itu adalah objets d’art. Buku-buku ini dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat yang mampu membeli dan bisa membacanya.
            Seperti sudah disebutkan, pada abad ke-15 dua perkembangan teknologi menghasilkan revolusi dalam pembuatan dan penerbitan buku-buku di Eropa. Yang pertama kertas. Dan yang kedua adalah mesin cetak. Penerbitan buku yang lebih sederhana, mudah, dan murah membuat orang-orang menjadi tidak sulit untuk memiliki buku. Kemelekhurufan masyarakat meningkat  tajam. Padan abad ke-16 para tukang cetak Italia menggunakan pelbagai konvensi tertentu yang dalam dunia penerbitan masih berlangsung sampai sekarang. Yang termasuk di sini adalah penggunaan sampul yang salah satu mukanya tipis, tata letak yang seragam, bentuk huruf Roman dan cetak miring, halaman judul, dan pendahuluan. Sedikit demi sedikit daftar isi, daftar ilustrasi, catatan penjelasan, daftar pustaka, dan indeks ditambahkan ke dalam buku yang bersifat akademis. Gagasan tentang tentang aliran buku juga pada waktu yang tidak jauh berbeda, ketika penulisan buku tidak lagi hanya untuk tujuan-tujuan religius dan ilmiah, tetapi semakin banyak untuk tujuan pemahaman masyarakat dan pengalihan pikiran.
            Ketika Revolusi Industri berlangsung, sejumlah besar buku bisa diterbitkan dengan ongkos yang relatif rendah, ketika teknologi percetakan dan kertas, buku memiliki ‘kekuatan bertahan’ yang mengagumkan. Sampai sekarang ini, buku menjadi sarana utama dalam penyebaran dan pengabadian pengetahuan, serta menjadi sumber ungkapan artistik dan pengalihan pikiran secara massal.
SuratKabar
            Seperti yang disiratkan namanya, fungsi utama suratkabar adalah melaporkan berita. Meskipun demikian, suratkabar zaman modern memberikan lebih banyak daripada sekedar melaporkan berita. Suratkabar mengomentari berita, mengungkapkan pendapat dalam bagian editorialnya, memberikan informasi khusus dan pelbagai saran kepada pembacanya, dan sering memasukkan aspek-aspek tertentu seperti cerita komik dan novel bersambung
Suratkabar adalah bisnis besar. Sebagai contoh, di Amerika Serikat terdapat 1700 harian dan secara keseluruhan memiliki tiras 63 juta, dan setiap harinya satu suratkabar dibaca lebih dari satu orang. Sekitar 6800 suratkabar mingguan juga diterbitkan, dengan sirkulasi total sekitar 40 juta. Statistik menunjukkan bahwa hampir 8 dari 10 orang dewasa membaca suratkabar setiap harinya. Angka per kapita juga yang sama ada di negara-negara industri di seluruh dunia. Sepanjang sejarahnya, medium suratkabar  merupakan komponen intrinstik dari budaya massa, dan berfungsi sebagai alat pengalih perhatian (memberikan segala macam hiburan) dan sebagai sumber kesadaran sosial, misalnya suratkabar seperti The Times dan New York Times berusaha untuk memelihara tradisi panjang kebebasan pers dan membangkitkan kesadaran sosial tentang masalah-masalah yang perlu mendapatkan perhatian masyarakat.
Suratkabar adalah suatu bentuk khusus teks yang bisa disebut sinteks, ini karena tidak ada kata yang lebih tepat. Ini bisa didefinisikan sebagai teks yang menanamkan keterhubungan pada teks yang tampak bersifat acak hanya dengan mengorganisasikan semuanya. Dalam hal ini, suratkabar memberikan jaminan di dalam segala sesuatu terdapat suatu tujuan tunggal, dengan menggabungkan cerita-cerita kriminal, laporan kecelakaan, ulasan film dan buku, iklan, dan banyak hal yang membangun kehidupan sehari-hari. Dengan mengatur semuanya menjadi ‘rubrik’, sinteks suratkabar menanamkan struktur logika padanya dan menciptakan perasaan bahwa pada semuanya itu terdapat pola. Para penerbit suratkabar mengetahui hal ini, dan itulah sebabnya mereka memberikan pelbagai komentar pada berita-berita yang dimuat dengan menekankan ‘psoikologi manusia’ pada kejahatan tertentu, ‘aspek metafisis’ dan peristiwa-peristiwa tertentu seperti badai dan bencana, dan sebagainya.
Penerbitan Suratkabar
Lembaran-lembaran berita yang ditulis tangan dan dipasang di tempat-tempat umum pada zaman dahulu dianggap cikal bakal suratkabar. Lembaran berita paling tua yang pernah dikenal adalah Acta Diurna yang tersebar luas di Roma pada tahun 9 SM. Suratkabar cetakan pertama dibuat di dunia adalah sirkuler bernama Dibao yang dibuat di Cina. Suratkabar ini dibuat pada tahun 700 M menggunakan balok-balok kayu yang diukir. Suratkabar kertas yang pertama kali diterbitkan di Eropa adala Avisa Relations Oder Zeitung yang mulai diterbitkan di Jerman pada tahun 1609. Bisnis suratkabar mulai berkembang di seluruh eropa dalam abad ke-17 dan ke-18. Sekitar akhir tahun 1800-an, suratkabar yang saling bersaing di kota-kota besar berusaha mengalahkan saingannya masing-masing dengan memuat berita-berita sensasional tentang kriminalitas, bencana, dan skandal.

Pada tahun 1980, The Columbus  (ohio) Dispatch menjadi suratkabar elektronik pertama di Amerika Serikat. Di samping mencetak edisi reguler, suratkabar ini mulai mengirimkan sebagai isi tajuk rencanya ke sejumlah kecil pelanggan yang memiliki komputer di rumah, tempat usaha, dan perpustakaan.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev

Popular Posts

▲Top▲