BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Buku adalah bagian dari kehidupan,
manifestasi kehidupan, persis seperti sebatang pohon, atau kuda atau bintang.
Buku meiliki irama dan hukumnya sendiri, baik itu berupa novel, naskah drama,
atau buku harian. Irama kehidupan yang dalam dan tersembunyi selalu ada dalam
bentuk denyutan, detak jantung. Dengan kata-kata yang fasih ini, pengarang
Amerika Serikat Henry Miller (1891-1980) mengungkapkan hal-hal yang mungkin
sudah dirasakan setiap orang secara intuituf saat mereka sedang membaca buku.
Itu juga menjelaskan mengapa buku bisa memberikan dampak begitu besar kepada
kita. Tanpa buku, kehidupan manusia sebagaimana kita ketahui sekarang tidak
akan terbayangkan. Himpunan kata-kata tertulis yang sangat besar dan terkumpul
dalam buku, yang telah mengabadikan gagasan manusia sepanjang jaman, dan yang
bisa kit abaca kalau kita memiliki akses bahasanya, membentuk “system ingatan
cekatan” pada peradaban manusia. Jika semua buku di seluruh dunia dihancurkan
dalam semalaman, maka peradaban manusia akan berada dalam bahaya besar. Para
penulis, ilmuwan, pendidik, pembuat undang-undang, dan banyak yang lainnya di
seluruh dunia harus mulai lagi dari awal secara harfiah “menulis ulang”
pengetahuan dalam bentuk tertulis.
Akan tetapi, pencetakan yang
dilakukan manusia bukan hanya rangka “penyimpanan pengetahuan”. Sejak zaman
pertengahan akhir, buku-buku fiksi banyak memberikan pencerahan dan kesenangan
kepada sejumlah besar manusia di seluruh dunia. Bahkan di dalam Galaksi Digital, karya-karya fiksi
dalam sejarah terus menarik perhatian segala kalangan pembaca. Betapapun tampak
konyolnya mereka, “karya-karya terlaris” kontemporer merupakan barang-barang
paling populer yang dibuat di dalam pabrik pengalihan pikiran dalam budaya pop.
Di dalam zaman serba bebas yang di dalamnya “apapun boleh”, buku-buku dalam
bentuk cetakan terus marak, walaupun mereka semakin banyak yang ditransfer ke
media digital.
Barang cetakan menjadi perhatian kita
sekarang dalam perjalanan kita menjelajahi dunia media massa. Meskipun
demikian, tujuannya bukanlah untuk menyingkapkan makna spesifik dari buku seperti
Crime and Punishment atau suratkabar
seperti the times. Yang disebutkan di
atas masing-masing akan menjadi tujuan kritik sastra dan telaah jurnalisme.
Jelas bahwa dalam rangka melakukan analisis semiotika pada benda-benda cetakan,
di dalam seluruh pembahasan ini kita perlu mempertimbangkan setiap jenis
artefak dan genre cetakan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana perkembangan media cetak?
2. Apa saja jenis-jenis media cetak dan
penerbitannya?
C.
Tujuan
1. Kita diharapkan mengetahui
perkembangan media cetak
2. Dapat mengetahui apa saja yang
menjadi jenis-jenis media cetak dan penerbitannya walaupun yang saya bahas
disini hanya Buku dan SuratKabar
BAB II
Pembahasan
A. Perkembangan Media Cetak
Banyak pakar sejarah kebudayaan
berpendapat, dan ini memiliki landasan yang tepat, bahwa teknologi cetakan dan
literasi cetakan merupakan kondisi yang niscaya ada dalam peradaban yang maju.
Akan tetapi, tidak boleh dilupakan di sini bahwa jauh sebelum munculnya mesin cetak, kelisanan
menjalani fungsi-fungsi kognitif dan sosial pada literasi , seperti kita lihat
pada bagian pembukaan. Selain daripada itu, budaya yang berbasis lisan pun juga
menggunakan penulisan piktograf untuk mengungkapkan dan merekam gagasan.
Didapati bahwa catatan tertua yang telah ditemukan sampai sekarang sudah
berumur lebih dari 30.000 tahun.
Pada dasarnya, budaya lisan kuno
mengabadikan sejarah kebudayaan dan tradisi
mereka melalui komunikasi wicara dan penyampaian kisah, lagu-lagu, dan
kata-kata bijak seperti yang terjadi
pada kelompok-kelompok suku zaman modern. Dengan mengisahkan kembali cerita
yang didengarkan satu sama lain, manusia meneruskan semua yang mereka ketahui
dan yang mereka anggap bernilai ke generasi-generasi berikutnya. Meskipun
setiap kali kisah akan berubah sesuai dengan sipendongeng, “system pengetahuan”
pokok budaya tersebut tetap saja bertahan, ketika gagasan, nilai, keahlian
dasar diteruskan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan sekarang oleh
para orang tua kepada anak-anaknya yang belum melek huruf dengan bertutur.
Selain daripada itu, meskipun sekarang ini cerita-cerita anak sudah dituliskan,
kisah yang sama akan berubah sesuai dengan pengarang dan kapan itu dikisahkan.
Sebagai contoh, cerita Cinderella terus
dikisahkan ulang dalam pelbagai versi, seperti juga kisah-kisah peri, pahlawan
legendaris, dan karakter-karakter binatang mitos. Semuanya bergantung pada siapa yang mengisahkan serta dimana dan kapan itu dikisahkan.
B.
Jenis-Jenis
Media Cetak Dan Penerbitannya
Buku
karena buku adalah benda material, buku bisa disimpan di dalam “museum
buku” yang dikenal sebagai perpustakaan. Perpustakaan ini berawal berawal di
Timur Tengah sekitar 3000-2000 SM, kira-kira pada waktu yang sama dengan mulai
semakin besarnya peranan penulisan piktografik di zaman dahulu. Salah satu
perpustakaan kuno terbesar dibangun oleh
orang yunani di Alexandria pada abad ke-3. Sekitar abad ke-2 M perpustakaan
umum dan pribadi dan didirikan di banyak tempat di dunia zaman dahulu. Beberapa
abad kemudian, naskah-naskah matematis dan ilmiah disalin dan diabadikan di
dalam pelbagai perpustakaan oleh para sarjana islam, dan mendorong bangkitnya
kecendikiawanan dan akhirnya ke bangkitnya perguruan tinggi di akhir abad
ke-11.
Bersama
dengan bangkitnya kemelekhurufan, maka terkait dengan muncullah kebutuhan untuk
mengorganisasikan pengetahuan yang terdapat di dalam pelbagai buku. Hal ini
mendorong ditemukannya “ensiklopedia”, suatu istilah yang pada awalnya terkait
dengan petunjuk dalam seluruh cabang pengetahuan. Ensiklopedia tertua yang
masih ada adalah sejarah alam (Natural
History) (79 M) yang ditulis oleh Plinius yang tua (23-79 M). munculnya
ensiklopedia bentuk modern lebih banyak karena gerakan pencerahan yang
berlangsung dalam abad ke-18, yang memantapkan pandangan tentang pengetahuan
sebagai informasi yang bisa disusun secara logis sesuai dengan kata kunci,
nama, atau topik khusus. Akan tetapi, pengekalan pengetahuan bukan satu-satunya
fungsi yang dibawa oleh buku. Selama paling sedikit lima abad, buku ini juga
dibuat sebagai suatu bentuk seni sastra dan sarana pengalihan perhatian massa.
Karya-karya fisik tak terhitung jumlahnya yang di kenal sebagai novel dan
sampai kepada kita sejak zaman Abad Pertengahan sudah dibaca, dan akan terus
dibaca, oleh jutaan manusia hanya untuk kenikmatan membacanya saja.
Penerbitan Buku
Orang-orang
Sumeria dan Mesir memperkenalkan banyak konvensi yang masih kita pakai sampai
sekarang dalam membuat buku, seperti penggunaan “halaman sampul” dengan judul
dan nama pengarang cetakan di halaman tersebut. Para penulis profesional, yang
menyalin naskah atau menuliskannya melalui dikte, bertanggung jawab pada
reproduksi buku. Orang-orang Yunani kuno dan kemudian bangsa Romawi, menjadi
sadar akan potensi komunikasi massa yang di miliki buku, tetapi yang merekak
buat sangat mahal sehingga hanya dimiliki oleh kuil, para penguasa, dan
beberapa orang kaya saja. Sebagian besar pendidikan yang berlangsung pada saat
itu, dan selama beberapa abad abad sesudahnya, dilakukan dengan pengulangan
lisan dan penyimpanan dalam ingatan. Kemelekhurufan hanya menjadi milik orang
kaya dan berkuasa.
Pada awal
Abad pertengahan di Eropa, buku-buku dibuat terutama oleh para penulis yang
bekerja pada penulis lain atau pada pengusa. Buku ini dituliskan oleh para
rahib menggunakan pena bulu angsa di dalam scriptoria
(‘ruang penulisan’ dalam bahasa
latin) di biara-biara. Buku-buku itu memiliki sampul terbuat dari kayu dan
dijilid menggunakan kulit dan seringkali dihiasi dengan batu permata. Buku-buku
semacam itu adalah objets d’art.
Buku-buku ini dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat yang mampu membeli dan
bisa membacanya.
Seperti
sudah disebutkan, pada abad ke-15 dua perkembangan teknologi menghasilkan
revolusi dalam pembuatan dan penerbitan buku-buku di Eropa. Yang pertama kertas.
Dan yang kedua adalah mesin cetak. Penerbitan buku yang lebih sederhana, mudah,
dan murah membuat orang-orang menjadi tidak sulit untuk memiliki buku.
Kemelekhurufan masyarakat meningkat
tajam. Padan abad ke-16 para tukang cetak Italia menggunakan pelbagai
konvensi tertentu yang dalam dunia penerbitan masih berlangsung sampai
sekarang. Yang termasuk di sini adalah penggunaan sampul yang salah satu
mukanya tipis, tata letak yang seragam, bentuk huruf Roman dan cetak miring,
halaman judul, dan pendahuluan. Sedikit demi sedikit daftar isi, daftar
ilustrasi, catatan penjelasan, daftar pustaka, dan indeks ditambahkan ke dalam
buku yang bersifat akademis. Gagasan tentang tentang aliran buku juga pada
waktu yang tidak jauh berbeda, ketika penulisan buku tidak lagi hanya untuk
tujuan-tujuan religius dan ilmiah, tetapi semakin banyak untuk tujuan pemahaman
masyarakat dan pengalihan pikiran.
Ketika
Revolusi Industri berlangsung, sejumlah besar buku bisa diterbitkan dengan
ongkos yang relatif rendah, ketika teknologi percetakan dan kertas, buku
memiliki ‘kekuatan bertahan’ yang mengagumkan. Sampai sekarang ini, buku
menjadi sarana utama dalam penyebaran dan pengabadian pengetahuan, serta
menjadi sumber ungkapan artistik dan pengalihan pikiran secara massal.
SuratKabar
Seperti yang
disiratkan namanya, fungsi utama suratkabar adalah melaporkan berita. Meskipun
demikian, suratkabar zaman modern memberikan lebih banyak daripada sekedar
melaporkan berita. Suratkabar mengomentari berita, mengungkapkan pendapat dalam
bagian editorialnya, memberikan informasi khusus dan pelbagai saran kepada
pembacanya, dan sering memasukkan aspek-aspek tertentu seperti cerita komik dan
novel bersambung
Suratkabar adalah bisnis besar.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat terdapat 1700 harian dan secara keseluruhan
memiliki tiras 63 juta, dan setiap harinya satu suratkabar dibaca lebih dari
satu orang. Sekitar 6800 suratkabar mingguan juga diterbitkan, dengan sirkulasi
total sekitar 40 juta. Statistik menunjukkan bahwa hampir 8 dari 10 orang
dewasa membaca suratkabar setiap harinya. Angka per kapita juga yang sama ada
di negara-negara industri di seluruh dunia. Sepanjang sejarahnya, medium
suratkabar merupakan komponen intrinstik
dari budaya massa, dan berfungsi sebagai alat pengalih perhatian (memberikan
segala macam hiburan) dan sebagai sumber kesadaran sosial, misalnya suratkabar
seperti The Times dan New York Times berusaha untuk memelihara
tradisi panjang kebebasan pers dan membangkitkan kesadaran sosial tentang
masalah-masalah yang perlu mendapatkan perhatian masyarakat.
Suratkabar adalah suatu bentuk khusus
teks yang bisa disebut sinteks, ini
karena tidak ada kata yang lebih tepat. Ini bisa didefinisikan sebagai teks
yang menanamkan keterhubungan pada teks yang tampak bersifat acak hanya dengan
mengorganisasikan semuanya. Dalam hal ini, suratkabar memberikan jaminan di
dalam segala sesuatu terdapat suatu tujuan tunggal, dengan menggabungkan
cerita-cerita kriminal, laporan kecelakaan, ulasan film dan buku, iklan, dan
banyak hal yang membangun kehidupan sehari-hari. Dengan mengatur semuanya
menjadi ‘rubrik’, sinteks suratkabar menanamkan struktur logika padanya dan
menciptakan perasaan bahwa pada semuanya itu terdapat pola. Para penerbit
suratkabar mengetahui hal ini, dan itulah sebabnya mereka memberikan pelbagai
komentar pada berita-berita yang dimuat dengan menekankan ‘psoikologi manusia’
pada kejahatan tertentu, ‘aspek metafisis’ dan peristiwa-peristiwa tertentu
seperti badai dan bencana, dan sebagainya.
Penerbitan Suratkabar
Lembaran-lembaran berita yang ditulis
tangan dan dipasang di tempat-tempat umum pada zaman dahulu dianggap cikal
bakal suratkabar. Lembaran berita paling tua yang pernah dikenal adalah Acta
Diurna yang tersebar luas di Roma pada tahun 9 SM. Suratkabar cetakan pertama
dibuat di dunia adalah sirkuler bernama Dibao
yang dibuat di Cina. Suratkabar ini dibuat pada tahun 700 M menggunakan
balok-balok kayu yang diukir. Suratkabar kertas yang pertama kali diterbitkan
di Eropa adala Avisa Relations Oder
Zeitung yang mulai diterbitkan di Jerman pada tahun 1609. Bisnis suratkabar
mulai berkembang di seluruh eropa dalam abad ke-17 dan ke-18. Sekitar akhir
tahun 1800-an, suratkabar yang saling bersaing di kota-kota besar berusaha
mengalahkan saingannya masing-masing dengan memuat berita-berita sensasional
tentang kriminalitas, bencana, dan skandal.
Pada tahun 1980, The Columbus (ohio) Dispatch menjadi suratkabar
elektronik pertama di Amerika Serikat. Di samping mencetak edisi reguler,
suratkabar ini mulai mengirimkan sebagai isi tajuk rencanya ke sejumlah kecil
pelanggan yang memiliki komputer di rumah, tempat usaha, dan perpustakaan.
0 komentar:
Posting Komentar