SAJAK PENDEK

| Minggu, 22 September 2013
aku menulis sajak: untuk melawan lupa, untuk mereka yang teraniaya, sebagai pemberontakan nurani terluka.

betapa gelapnya, negeri, yang merumah tanpa jendela: di dalamnya, tuhan yg setengah jadi, menuliskan obituari matahari.

kusebut ia tubuh kesedihan: ada bunga, yang dimekarkan musim sepi. ada hujan, yg dituangkan ke matanya sendiri.

Telah kutahan dengan keras, tapi rindu bunga kecil yang berjuang tumbuh, di celah sempit batu-batu cadas.

Rinduku padamu:
seperti arakan demonstran kenaikan BBM,
dengan spanduk-spanduk konyol,
dan sedikit anarki.

Sesekali aku sengaja menahan nafas sendiri, agar mengerti, betapa berharganya nafas ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Next

Popular Posts

▲Top▲